Pemburu atmosfer "Rotasi cepat"

Kita akan kembali membahas tentang si Bintang Fajar, Planet Venus. Ada satu wahana antariksa lain selain Venera yang ingin aku ceritakan. Namanya adalah Akatsuki yang berarti 'Fajar', persis seperti nama planet kedua di tata surya kita ini. Akatsuki diluncurkan pada 20 Mei 2010 dengan Roket H-2A dari Tanegashima Space Center, Jepang. Akatsuki sekaligus adalah penerus dari misi Venus Express milik ESA yang mengorbit Venus sampai tahun 2014. Wahana antariksa yang juga diberi nama Planet-C ini adalah misi pertama Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) yang berhasil sampai di planet lain. Seperti biasa, yang namanya mesin pasti bisa saja mengalami kerusakan atau kesalahan teknis. Beberapa bulan setelah peluncuran, pendorongnya hanya mengeluarkan api kurang dari waktu yang ditentukan. Yang seharusnya 12 menit menjadi 3 menit. Walaupun kelihatan sepele, ini menyebabkan Planet-C tidak memasuki Orbit Venus pada 6 Desember 2010 seperti yang direncanakan dan terus mengorbit Matahari dalam mode hibernasi sampai 7 Desember 2015. Jadi, Akatsuki terlambat 5 tahun untuk sampai di Venus.
Akatsuki berjarak 400 km dari permukaan Venus pada titik terdekatnya dan membutuhkan waktu sekitar 9 hari untuk mengitarinya. Misi Akatsuki adalah untuk meneliti atmosfer Venus, tanda-tanda dari gunung aktif, dan mencari zat misterius di atmosfer yang menyerap sebagian besar energi dari Matahari. Karena itulah selain diberi nama Planet-C, Akatsuki juga dinamakan VCO, singkatan dari Venus Climate Orbiter. Kalau masih ada waktu, Venus Climate Orbiter juga akan meneliti permukaan tanah dan mengamati cahaya zodiak, cahaya yang melengkung seperti segitiga yang biasanya terlihat tepat sebelum Matahari terbit dan tepat setelah Matahari terbenam. Venus dipilih karena berukuran mirip dan berusia sama dengan Bumi. Planet terpanas di tata surya kita ini berdiameter 12.104 km, sedangkan Bumi berdiameter 12.756 km. Semua penemuan VCO diharapkan bisa menjelaskan cuaca di planet lain juga dan bisa membantu menjelaskan kenapa atmosfer Bumi bisa terbentuk seperti sekarang dan bagaimana perubahannya di masa depan. Kalau kita bisa mengetahui tentang bagaimana lingkungan di Venus tercipta, dimana atmosfernya sekitar 100 kali lebih tebal dari Bumi dan tertutup karbon dioksida bersuhu tinggi, kita bisa tau juga kenapa Planet Bumi bisa hangat dan lembab sehingga mendukung kehidupan.
Akatsuki terdiri dari sebuah kotak berukuran 1,5 x 1 x 1,4 meter dengan berat 320 kg, 2 panel surya pada lengannya, dan 12 pendorong yang mengendalikan orbit dan posisi Planet-C. Badannya ditutupi dengan warna emas untuk melindungi bagian dalam dari suhu panas dari sinar Matahari. Antena yang digunakan untuk mengirimkan data ke Bumi sangat unik karena bentuknya yang datar untuk mencegah sinar Matahari terkumpul dan memanaskan antena, tidak seperti antena pada umumnya. Dengan panjang keseluruhan 5 m, Akatsuki memiliki 6 peralatan sains. Yang pertama ada penghasil gelombang radio yang digunakan saat VCO berada di belakang Venus dilihat dari Bumi. Gelombang radio dari Akatsuki menembus atmosfer Venus sebelum mencapai Bumi sehingga para kita bisa mengukur bagaimana perubahan atmosfer Venus pada berbagai ketinggian. Kelima peralatan lainnya adalah kamera ultraviolet, cahaya optik untuk mencari kilat yang belum pernah terdeteksi di Venus dan untuk mendeteksi oksigen, dan inframerah untuk mengukur suhu di puncak awan Venus yang akan memberikan informasi tentang bagaimana lapisan awan atas bergerak. Semua kameranya menghadap ke Venus. 2 kamera inframerah Akatsuki lainnya rusak pada Tahun 2016, tapi sebelumnya sudah pernah digunakan untuk mendeteksi panas yang memancar dari permukaan Venus.

Baru saja sampai di Venus pada akhir 2015, Akatsuki langsung menemukan sebuah garis melengkung besar di atmosfer yang disebut 'senyuman menyamping'. Ada gelombang aneh yang ditemukan muncul teratur di beberapa gunung tinggi selama sekitar 1 bulan. Para peneliti menduga itu disebabkan karena gelombang gravitasi, gelombang yang terjadi di atmosfer karena udara yang bergerak di atas permukaan kasar. Pada Maret 2020, VCO menemukan kilatan cahaya di sisi gelap dari Venus yang diduga adalah petir, walaupun bisa jadi itu hanya meteor yang terbakar di atmosfernya. Tapi, kalau itu memang adalah petir, itu akan menjadi petir pertama yang dilihat di Venus, yang sebelumnya sudah pernah diduga dari misi lain. Yang paling spektakuler adalah atmosfer yang bergerak secepat 100 m/detik ke arah barat di ketinggian 45-70 km di garis khatulistiwa yang membentuk bentuk dan pusaran aneh di atmosfer.

Karena saking cepatnya, rotasi atmosfer itu dinamakan 'Rotasi Super'. Belum diketahui apa yang menyebabkan Rotasi Super ini terjadi, tapi Tim NASA sudah membuat peta atmosfer untuk mengamati suhu, tekanan udara, lapisan-lapisannya, dan perubahannya. Rotasi Super semakin membingungkan Tim NASA karena rotasinya yang lebih cepat dari rotasi permukaannya. Padahal biasanya atmosfer yang bergerak lebih cepat dari permukaannya akan menciptakan gesekan yang akan memperlambat rotasi atmosfer sehingga kecepatannya akan sama dengan permukaan planet. Pada Bulan April 2018, Akatsuki sudah menyelesaikan tahap pengamatan utamanya dan misinya diperpanjang sampai akhir 2020. Sebenarnya, Akatsuki masih memiliki bahan bakar yang cukup untuk beroperasi selama 2 tahun lagi mulai dari November 2019. Saat ini aku tidak tau bagaimana kabar tentang Akatsuki. Tapi, aku harap Akatsuki memiliki penerus yang dibuat oleh Jepang juga.

-----------

Lihat juga rekamannya ya :

Post a Comment

0 Comments