Jantar Mantar di New Delhi (sumber : www.istockphoto.com)
Pernahkah kalian membayangkan sebuah observatorium yang berbentuk seperti taman bermain? Mungkin itulah sebutan yang paling cocok untuk Jantar Mantar, observatorium yang dibangun pada tahun 1724 - 1738 M oleh Maharajah Sawii Jai Singh II di India. Kata 'Jantar Mantar' sendiri memang berarti 'observatorium.' Raja Jai Singh II berasal dari Jaipur atau Jainagar di India utara dan memerintah Kerajaan Amber yang sekarang bernama Rajasthandari. Kota 'Jaipur' sendiri diambil dari nama Jai Singh yang pada masa Jai Singh menjadi ibukota kerajaannya. Jantar Mantar dibangun di 5 tempat yang berbeda, yaitu pertama-tama di Delhi pada 1724 dengan tinggi 220 m, lalu di Ujjain, Varanasi, Mathura, dan terakhir dan sekaligus yang terbesar di Jaipur. Jantar Mantar menjadi jam Matahari terbesar di dunia yang termasuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Sebagai observatorium, fungsinya yaitu untuk menghitung waktu dengan mengamati pergerakan planet, Bulan, dan Matahari. Kelima Jantar Mantar dibangun di beberapa tempat secara terpisah untuk membandingkan pembacaan dari titik-titik koordinat yang berbeda-beda.

Sumber : https://traveltriangle.com
Alasan lainnya mungkin juga untuk memperkuat kedudukan Jai Singh di daerah-daerah yang ada di bawah kekuasaannya. Kelima kota yang menjadi tempat berdirinya para Jantar Mantar memiliki makna tersendiri. Delhi adalah kota kuno dan Pusat Kekaisaran Mughal yang menjadi pemerintah sebelum Jai Singh. Kota Jaipur didirikan oleh Jai Singh sendiri pada tahun 1726. Ujjain adalah kota bekas ibu kota Provinsi Malwa. Varanasi adalah kota pusat pembelajaran pada jaman dulu dan katanya menjadi kota tertua di dunia yang terus dihuni. Sementara Kota Mathura dikatakan sebagai kota legendaris milik Krishna. Kenapa Raja Jai Singh membuat observatorium ini, bahkan sampai 5 Jantar Mantar sekaligus? Ini karena sang raja tertarik dengan astronomi, dan matematika. Pada awal tahun 1700-an, saat Raja Jai Singh masih menyusun proyek observatoriumnya, teleskop sudah tercipta di Eropa. Tapi, sang raja ingin menghargai budaya di tempat tinggalnya sehingga beliau tidak menggunakan teleskop - yang bukan berasal dari budayanya - pada observatoriumnya.

Sumber : https://stock.adobe.com
Pengamatan peristiwa alam, termasuk pergerakan bintang dan planet, sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka untuk membantu perihal pertanian dan ritual, menentukan waktu untuk menikah dan orang yang akan dinikahi, dan sebagainya. Jantar Mantar terdiri dari beberapa bagian. Ada bagian yang memberikan informasi tentang observatorium dan instrumen-instrumennya. Ada juga bagian 'wisata virtual panorama' dan galeri yang tentu saja berisi foto-foto dan animasi. Struktur Jantar Mantar jauh lebih besar dari observatorium yang pernah ada sebelumnya. Ditambah lagi dengan bentuknya yang unik dan tidak seperti bentuk observatorium pada umumnya. Untuk Jantar Mantar yang ada di Delhi, dari ke-13 alat astronomi yang ada di situ, ada 4 alat yang paling utama, yaitu Misra yantra, Jaiprakash yantra, Samrat yantra, dan Ram yantra. Keempat instrumen ini dicat dengan warna merah.

Sumber : www.jantarmantar.org
Misra yantra berfungsi untuk menghitung hari terpendek dan terpanjang dalam setahun. Alat ini juga bisa mencatat waktu tengah hari di banyak kota di seluruh dunia. Samrat yantra adalah jam matahari berbentuk segitiga dengan tinggi 70 kaki dan tebal 10 kaki. Sisi terpanjang segitiga atau hipotenusa-nya yang mencapai 128 kaki bergerak sejajar dengan sumbu Bumi yang mengarah ke Kutub Utara. Pada kedua sisi segitiga juga terdapat simbol yang menggambarkan jam, detik dan menit. Samrat yantra bisa memprediksi deklinasi benda langit yang tidak bisa dilakukan oleh jam Matahari lain pada masa itu. Jaiprakash yantra terdiri dari belahan berongga dan struktur berbentuk cekung dengan tanda dan kawat silang terpasang yang direntangkan. Dan terakhir, ada Rama Yantra yang digunakan untuk mengukur ketinggian planet tergantung dari posisi Bumi.

Gyarah Sidi (sumber : https://agratourism.in)
Karena kita sudah 'jauh-jauh' ke negara ini, kita akan sekalian mengunjungi dua tempat lagi. Tempat kedua yang akan kita kunjungi bernama Reruntuhan Gyarah Sidi atau nama lainnya - yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia - adalah 'Sebelas Langkah'. Gyarah Sidi berada di dekat Mehtab Bagh di tepi Sungai Yamuna, Agra. Struktur berbentuk tangga ini dikelilingi taman dan dari sini kita bisa melihat bangunan super terkenal yang sudah pasti kalian tau, yaitu Taj Mahal. Jadi untuk yang mau berkunjung ke Taj Mahal, bisa sekalian berkunjung ke Gyarah Sidi. Gyarah Sidi terbuat dari batu pasir merah yang dibangun hampir 200 tahun sebelum Jantar Mantar di Jaipur dan Delhi. Observatorium astrologi ini dibangun oleh Kaisar Mughal, Humayun. Kaisar Humayun tertarik dengan astrologi sekaligus astronomi. Biasanya sang kaisar membuat keputusan penting berdasarkan pengamatan pergerakan planet dari Gyarah Sidi. Contohnya, dia memutuskan bahwa hari Minggu dan Selasa menjadi hari untuk menangani masalah pemerintahan, sementara hari Sabtu dan Kamis khusus untuk permasalahan agama. Beliau juga mempercayai bahwa Planet Mars adalah pelindung tentaranya. Humayun dan para menterinya bahkan memakai pakaian yang sesuai dengan warna para planet pada hari-hari tertentu. Tempat ketiga sekaligus yang terakhir adalah Situs Arkeologi Burzahom. Situs arkeologi ini dibangun di Lembah Kashmir di Jammu dan Kashmir antara tahun 3.000 - 1.000 SM. Burzahom dibangun selama 4 periode yang berbeda, yaitu Periode 1 - 2 pada Zaman Neolitik, Periode 3 pada Zaman Megalitik, dan Periode 4 pada Awal Zaman Historik. Di sana, ditemukan 2 buah lempengan batu datar berdiri yang berasal dari pembangunan pada Periode 2. Salah satu lempeng batu seperti menggambarkan pemburu yang menyerang seekor rusa dengan tombak serta pemburu lain yang memegang panah. Pada lempengan itu juga terdapat gambar dari Ledakan Supernova HB9.

Situs Arkeologi Burzahom (sumber : https://kashmirobserver.net)

Gambar pemburu, rusa, dan supernova di Burzahom (sumber : https://hyperallergic.com)
>>>>>>> Berlanjut ke "Kawah Pink Di India"
0 Comments