Tidbinbilla National Park

Setelah dari Questacon, aku pergi ke Taman Nasional Tidbinbilla di Canberra juga. Disini aku mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan, karena untuk pertama kali aku melihat kangguru dengan mataku sendiri di alam bebas. Kangguru adalah hewan marsupial alias mamalia yang memiliki kantung untuk merawat dan menjaga anaknya selama dia masih kecil. Mereka bisa lari dengan kecepatan 65km/jam, melampaui kecepatan tertinggi dari kuda pacu. Selain itu mereka juga bisa melompat setinggi 3 meter dan sejauh kira-kira 7 meter.
Ngomong-ngomong, saat aku sampai di taman nasional ini, taman nya udah tutup, karena aku juga ke Questacon sebelumnya. Untungnya, ternyata aku masih boleh masuk, walaupun aku nggak bisa liat lebih ke dalam dari taman nasional ini. Saat aku mendekati salah satu kangguru, kangguru itu langsung melompat pergi, jadi aku nggak bisa memegangnya. Selain itu, karena saat itu hutan di Canberra lagi kebakaran, tapi untungnya aku nggak kena asapnya, suhu di sana panas banget, plus nggak ada hujan. Anehnya, setelah aku selesai dari Canberra, asap dari kebakaran langsung menyelimuti sekitarku. Kebakaran itu kelihatannya juga berdampak untuk para kangguru, karena aku melihat ada beberapa beberapa kangguru (dan satu rusa) mati di pinggir jalan, entah kepanasan atau saat lagi mau menyeberang jalan ditabrak mobil. Kasihan sekali ya!  

Panasnya Canberra mungkin juga disebabkan oleh tidak banyaknya pohon. Dengan kata lain, lahan-lahan di Canberra gersang, sampai-sampai mentega yang aku bawa meleleh. Hal menarik lainnya adalah adanya tempat penelitian angkasa atau observatori milik NASA, yang katanya sedang mencari alien. NASA adalah singkatan dari National Aeronautics and Space Administration. Observatori ini dibuka untuk umum ternyata, tapi saat itu udah tutup juga. Untungnya aku sempat berfoto di depannya. Karena ada  observatori di situ, kemungkinan besar Canberra adalah salah satu tempat yang cocok di Australia untuk mengamati angkasa, apalagi ditambah dengan tidak banyaknya pohon. 

Setelah dari Canberra aku kembali ke Sydney. Butuh 3 jam dari Sydney ke Canberra, sama seperti dari Semarang ke Jogja. Ada satu museum lagi sebenarnya yang nggak sempet aku kunjungi di Canberra, yaitu Museum Perang Sejarah, tapi aku juga udah sempet berfoto di depan museum ini. Dalam perjalanan pulang, aku melewati jalan tol yang tidak ada lampunya sama sekali. Jadi, untuk melihat jalan aku dan keluargaku hanya bisa mengandalkan lampu mobil yang kam pakai, lampu mobil orang lain, dan cahaya bulan. Karena cahaya di jalan tol nggak banyak, cahaya bulan purnama pada malam itu sampai ke dalam mobilku. Awalnya warnanya kuning, kemudian berubah menjadi putih terang, persis seperti lampu. Pada saat itu, aku baru pertama kali menggunakan cahaya bulan sebagai lampu. Itu artinya, orang-orang jaman dulu memang menggunakan cahaya bulan sebagai penerang pada saat malam hari sebelum ditemukannya lampu.

Perjalanan kami ke Canberra tidak bisa kulupakan. 

Post a Comment

0 Comments