Menyatunya Cassini dengan Saturnus

Wahana antariksa kali ini adalah rekan dari Huygens yang pernah aku bahas. Bedanya, kalau Huygens (baca : hoyjens) hanya bekerja di Titan, bulan Saturnus, wahana antariksa ini meneliti hampir setiap bagian dari Saturnus. Wahana antariksa terkenal ini bernama Cassini. Karena mereka berdua memang bersama-sama pergi ke Saturnus, otomatis tanggal peluncuran dan pembuat misi mereka juga sama, yaitu oleh NASA, ESA, dan ASI (Italia) dan diluncurkan pada 15 Oktober 1997 dari Cape Canaveral di Florida dengan Roket Titan IV - B. Cassini yang membawa Huygens tidak langsung menuju ke si Planet Cincin itu, melainkan mereka mendekati Venus pada 25 April 1998 untuk mendapatkan dorongan gravitasinya yang berfungsi mirip seperti ketapel sehingga mempercepatnya sampai 7 km/detik, dengan kecepatan awalnya di dekat Matahari adalah 44 km/detik. Setelah dari Venus, Cassini menuju ke Saturnus dan mereka sampai ke sabuk asteroid. Mereka melewati sabuk asteroid dari Bulan Desember 1999 sampai April 2000. Menjelang akhir tahun 2000 - pada 29 Desember 2000 - Cassini sampai di Jupiter dan mengamatinya selama beberapa waktu. Setelah hampir 7 tahun berkelana, Cassini dan Huygens sampai di Saturnus pada 1 Juli 2004 dan mereka berada di sana selama 13 tahun dari 1 Juli 2004 sampai 15 September 2017. Kecepatan Cassini saat itu berkurang menjadi 30.7 km/detik. Jadi, total lama Cassini di angkasa adalah sekitar 20 tahun. Dengan tinggi 6.8 m dan lebar 4 m, Cassini adalah wahana antariksa keempat yang mengunjungi Saturnus dan yang pertama mengitarinya. Cassini sudah 294 kali mengitari Saturnus. Ada 27 negara yang berpartisipasi untuk menjalankan misi ini. 

Huygens 

Misi awal Cassini hanya berjalan 4 tahun, sampai tahun 2008. Tapi kemudian, pada 15 April 2008 misi Cassini diperpanjang, mulai dari 1 Juli 2008 sampai tahun 2017. Misinya adalah meneliti unsur awan dan atmosfer Saturnus, angin, suhu, lapisan dalam Saturnus, rotasinya, ionosfer - lapisan atmosfer dengan ion dan elektron - asal usul dan evolusinya, mengamati bagian-bagian, unsur debu, dan mikrometeoroid di cincinnya dan hubungannya dengan bulan-bulan Saturnus, dan meneliti magnetosfer Saturnus untuk meneliti interaksinya dengan angin Matahari, bulannya, dan dengan cincinnya. Itu baru dari Saturnus sendiri. Cassini juga mengamati ciri-ciri dan sejarah geologi bulan-bulan es Saturnus (termasuk Titan), mempelajari mekanisme di permukaannya, unsur keseluruhan, lapisan dalamnya, dan interaksi mereka dengan magnetosfer Saturnus. Apakah kalian tau kenapa Cassini berwarna emas? Selubung emas yang menyelubungi wahana antariksa ini sebenarnya adalah pelindung panas yang melindunginya dari panas dan bahaya lain. Cassini memiliki 2 roket pendorong dan 12 instrumen, tapi aku hanya akan menyebutkan yang utamanya. Yang pertama adalah spektrometer plasma Cassini atau CAPS yang mengukur energi dan partikel listrik. CDA, singkatan dari Cosmic Dust Analyzers, digunakan untuk meneliti partikel kecil. Kemudian ada Composite Infrared Spectrometer alias CIRS untuk mengukur suhu. Ion and Neutral Mass Spectrometer (INMS) dipakai untuk mengumpulkan gas. Di bagian depannya, ada radar untuk menangkap sinyal radio yang kemudian akan dijadikan gambar. Cassini juga memiliki antena yang disebut Radio and Plasma Waves Sciences (RPWS) untuk mendeteksi petir magnetik di Saturnus. Magnetometer adalah alat untuk mengukur medan magnet di Saturnus. 

Selain dari yang tertulis di gambar, ada instrumen yang bernama ISS, tapi ini bukan singkatan dari International Space Station, melainkan Imaging Science Subsystem. ISS terdiri dari 2 kamera - kamera pandangan luas dan kamera pandangan sempit - sebagai mata utama Cassini. Cassini juga meneliti komposisi dan struktur planet yang menggunakan Visible and Infrared Mapping Spectrometer atau VIMS. Instrumen yang terakhir membantu berfungsinya instrumen yang lain, karena bagian Cassini bernama Radioisotope Thermoelectric Generator (RTG) ini adalah bagian untuk menyimpan persediaan listrik Cassini. 
Semburan es di Enceladus 

Dengan berbagai peralatannya itu, Cassini tentunya menemukan banyak hal baru. Di salah satu bulan Saturnus, yaitu Enceladus, wahana antariksa ini menemukan semburan es dari retakan di permukaannya yang menandakan bahwa mungkin di bawahnya ada lautan air cair dengan sistem air panas di dasar laut. Masih di bulannya, kali ini di Titan, Cassini - bersama Titan yang mendarat di bulan ini - menunjukkan bahwa Titan memiliki hujan, sungai, danau, dan juga laut. Saturnus juga memiliki badai seperti di Jupiter dan Cassini mengamati pembentukan dan perkembangan badai besar kutub utara Saturnus pada tahun 2010 sampai 2011 yang badai itu kemudian mengitari seluruh planet itu. Katanya, badai yang mengelilingi kutub utara Saturnus ini berbentuk segi enam. Badai hexagon ini sebenarnya bernama Bintik Putih Besar yang terjadi kira-kira setiap 30 tahun sekali. Para ilmuwan mengatakan bahwa badai ini adalah pusaran stratosfer terpanas dan terbesar yang pernah terdeteksi di tata surya kita. Cassini melihat badai ini lagi pada 25 Oktober 2012. Di kutub selatan Saturnus juga ada badai berdiameter 8.000 km dengan kecepatan 560 km/jam yang ditemukan pada Bulan November 2006. 

Badai Hexagon

Untuk cincinnya, Cassini mengambil gambar struktur vertikal cincin Saturnus yang terdiri dari partikel - partikel yang menumpuk setinggi sekitar 3 km. Cassini juga pernah mengambil gambar Venus dan Bumi dari Saturnus. Pada 21 Desember 2012, Cassini mengamati transit Venus yang menutupi sebagian kecil sinar Matahari dengan instrumen VIMS, dan mengambil gambar Bumi dan Bulan pada 19 Juli 2013. 
Setelah 20 tahun berada di angkasa, Cassini akhirnya kehabisan bahan bakarnya dan lalu pada April 2017, Cassini ditempatkan di celah antara Saturnus dengan cincinnya yang selebar 2,000 km selama selama lima bulan. Selama 5 bulan itu, Cassini mengitari Saturnus 22 kali. Tahap terakhir dari misi Cassini-Huygens membawa Cassini lebih dekat dengan Saturnus daripada wahana antariksa sebelumnya yang otomatis membuat Cassini bisa melakukan pengamatan pertama terdekat dari planet itu dan cincinnya. Tahap terakhir ini disebut Grand Finale. Pada 15 September 2017, Cassini dimasukkan ke dalam atmosfer Saturnus sambil mengembalikan data - data tentang Saturnus yang lebih dekat selama antenanya masih mengarah ke Bumi, sebelum dirinya terbakar dan terbelah menjadi 'meteor'. Beberapa data yang dikumpulkannya selama terjun ke atmosfer adalah membuat data tentang gravitasi dan medan magnet Saturnus, seberapa banyak material yang ada di dalam cincinnya untuk memahami asal usulnya, mengambil sampel dari partikel cincin yang terbuat dari es, dan mengambil gambar cincin dan awan Saturnus yang sangat dekat dengannya. Kenapa para ilmuwan di NASA, ESA, dan ASI memutuskan untuk membuang Cassini ke dalam Saturnus, bukan dibiarkan saja di ruang angkasa atau dibuang ke salah satu bulannya? Ini karena beberapa bulannya memiliki kondisi layak huni alias ada potensi kehidupan, agar Cassini tidak mencemari bulan-bulan itu - seperti Enceladus dan Titan - para astronom dan ilmuwan memilih untuk membuangnya dengan aman di atmosfer Saturnus. 
Ilustrasi 

Jadi, Cassini dan Huygens sama-sama ditinggalkan di Saturnus. Huygens di Titan, sementara Cassini menyatu dengan Saturnus dan karena Cassini sudah habis terbakar di atmosfernya, kita tidak bisa bertemu dengannya lagi. Memang agak menyedihkan, tapi Cassini juga sudah memberikan pada kita banyak pengetahuan tentang Saturnus, lebih banyak dari informasi yang didapatkan wahana antariksa sebelumnya yang juga ke Saturnus. Misi seperti Cassini sendiri bisa dipakai untuk menjelajahi kedua planet gas raksasa setelah Saturnus. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Huygens? Lihat di artikelku berjudul : 72 Menit di Titan!

ーーーーー

Lihat juga rekamannya ya : 

Post a Comment

0 Comments