Kegiatan pencarian kehidupan di luar Bumi sudah dilakukan sejak lama dan sudah sering aku bahas. Kegiatan ini memiliki nama khusus yang disebut SETI - singkatan dari
Search for Extraterrestrial Intelligence - yang saat ini sudah dilakukan oleh banyak negara dan universitas dengan menggunakan teleskop darat dan teleskop angkasa. Sementara Institut SETI dibangun sejak tahun 1984. Institut SETI ditujukan khusus hanya untuk meneliti, memahami, menjelaskan asal usul dan sifat kehidupan di alam semesta, dan evolusi atau perkembangan kecerdasan di kehidupan asing itu. Kegiatan SETI dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui alam semesta untuk mencari tahu apakah kita memiliki teman yang cerdas di planet lain. Pada jaman dulu - sebelum tahun 2000 - cara berkomunikasi SETI masih menggunakan teknologi radio dan cahaya optik. Sekarang sudah ada gelombang elektromagnetik dengan kecepatan 300.000 km/s yang menjadi cara tercepat untuk mengirimkan informasi melintasi angkasa. Jadi, sebenarnya SETI mencari teknologi luar angkasa dan bukannya mencari kecerdasan di luar angkasa. Sebelum misi ke luar angkasa dimulai, manusia memikirkan banyak cara yang sebenarnya tidak masuk akal untuk mencari peradaban cerdas di luar angkasa. Pada abad ke-19 - dari tahun 1800 sampai 1900 - ada ide untuk menggali parit di Gurun Sahara, mengisinya dengan minyak dalam pola geometris, dan menyalakannya sehingga terlihat dari jauh. Ide lain yang juga tidak pernah terwujud adalah memotong sebagian besar hutan Siberia menjadi bentuk geometris sehingga bisa terlihat dari luar angkasa.

FAST / Five-hundred-meter Aperture Spherical Telescope
Wajar manusia berpikir seperti itu pada jaman dulu karena pada abad ke-19 komunikasi masih sulit dilakukan. Teknologi radio mulai berkembang di pertengahan abad ke-20. Setelah itu, pada tahun 1960 para astronom melakukan uji coba SETI pertama yang dijalankan oleh Frank Drake - yang membuat Persamaan Drake - yang bernama Proyek Ozma. Mulai pada pertengahan 1980-an, seluruh lembaga antariksa juga ikut melakukan SETI. Mereka semua mencari sesuatu yang sama, yaitu sinyal radio dari luar angkasa yang mungkin berasal dari peradaban cerdas di luar Bumi. Kenapa harus gelombang radio? Karena gelombang radio tidak terhalang oleh gas dan debu antarbintang yang tidak bisa ditembus cahaya optik sehingga gelombang radio bisa menempuh jarak jauh, melalui bagian terpadat dari suatu galaksi, dan dengan mudah melalui ruang antargalaksi, walaupun sebagian besar SETI hanya melihat planet-planet di daerah Bima Sakti. Apa yang ditemukan oleh para astronom dengan metode ini? Pada tahun 1967, seorang mahasiswa bernama Jocelyn Bell yang bekerja di Radio Observatory Cambridge menemukan denyutan sinyal yang berdenyut setiap 1,3 detik dan berulang seperti metronom di alat musik. Saat itu, tidak ada seorang pun yang bisa berpikir obyek angkasa apa yang berdenyut dengan teratur seperti itu. Karena itu Bell menamakannya LGM1, LGM2, dan LGM3, singkatan dari Little Green Men. Sekarang kita tau bahwa itu adalah pulsar, sisa-sisa bintang masif yang runtuh dan meledak menjadi bintang neutron dengan gelombang radio yang memancar dari atas dan bawahnya. Karena penemuannya itu, Jocelyn Bell mendapatkan Hadiah Nobel.

Dalam beberapa dekade terakhir, SETI menggunakan cara lain yang menggunakan cahaya optik, lebih tepatnya denyutan laser dengan daya yang sangat besar. Kedua cara yang dilakukan SETI ini memiliki tujuan yang sama. Kalau peradaban lain bisa mengembangkan teknologi radio, maka mereka mungkin juga bisa mengembangkan teknologi laser yang sudah ada di mana-mana di Bumi. Dengan menggunakan ini, kita bisa mengirimkan denyutan ke luar angkasa yang bisa menjangkau jauh sampai ratusan atau jutaan bintang terdekat. Jadi, metode SETI optik bergantung pada kekuatan dan kecepatan laser. Kalau kita menembakkan laser yang cukup kuat dalam waktu yang cukup singkat, denyutan laser itu bisa berisi kekuatan sebanyak yang dipancarkan Matahari. Dengan kata lain, kalau ada peradaban di planet mirip Bumi di sekitar bintang mirip Matahari dan mereka memancarkan laser ke arah kita, maka laser itu akan seterang bintang induknya! Kalau begitu, bagaimana kita bisa mengetahui mana sinar yang berasal dari bintang dan sinar yang berasal dari peradaban itu? Itu hal yang cukup mudah untuk para astronom, karena mereka bisa memisah sinyal cahaya dari banyaknya bintang dan mencari denyutan laser yang diarahkan ke kita. Salah satu penemuan aneh yang ditemukan dengan SETI optik adalah Tabby Star, sebuah bintang dengan keredupan yang tidak biasa. Tabby Star mulai menjadi diskusi para astronom setelah diterbitkan di sebuah makalah bernama
Citizen Science pada 2015. Kecerahan Tabby Star turun sebesar 22%, padahal planet mirip Jupiter yang mengorbit bintang mirip Matahari saja hanya bisa menghalangi 1% dari cahayanya dan planet tidak bisa menjadi lebih besar dari Jupiter karena planet yang lebih besar dari Jupiter akan menjadi bintang. Jadi, kalau ada sebuah eksoplanet yang menghalangi pandangan kita dari Tabby Star atau yang disebut
transit, itu pasti adalah eksoplanet berukuran raksasa. Tapi, karena peristiwa peredupan itu tidak teratur, itu pasti bukan transit. Sampai saat ini, Tabby Star masih menjadi teka-teki yang diduga akibat dari awan yang mengorbitnya, planet-planet yang menguap, puing-puing yang gagal membentuk planet, dan seperti biasa ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Tabby Star disebabkan oleh teknologi alien.
Tabby Star
Perkembangan teknologi kita sangat cepat seperti munculnya komputer, komunikasi, perjalanan angkasa, bahkan penambangan asteroid dan di bulan. Di alam semesta ini, ada banyak kemungkinan tempat untuk kehidupan dan ada banyak waktu untuk teknologi berkembang di planet lain bahkan miliaran tahun sebelum Bumi terbentuk. Pertanyaannya adalah kenapa kita masih belum menemukan peradaban yang mungkin cerdas di luar angkasa? Pertanyaan inilah yang juga diajukan oleh seorang fisikawan terkenal bernama Enrico Fermi pada tahun 1950. Fermi bertanya "Di mana mereka?". Mungkin memang ada peradaban cerdas di luar sana, tapi kita harus sabar karena komunikasi juga membutuhkan waktu. Untuk sampai di sistem tata surya terdekat - yaitu Proxima Centauri - Voyager 1 membutuhkan puluhan ribu tahun. Sedangkan sinyal pulang pergi dari Bumi ke sistem Proxima Centauri memakan waktu hampir 10 tahun dan ada lebih banyak eksoplanet yang berada lebih jauh. Singkatnya, waktu yang kita butuhkan untuk berkomunikasi dengan banyak eksoplanet masih terlalu lama dan saat ini kemampuan kita untuk berkomunikasi hanya sebatas itu. Jadi, kita harus menemukan cara lain yang lebih efektif untuk mengirimkan sinyal ke planet lain. Selain itu, para astronom harus menjaga agar observatorium pengirim dan penerima sinyal mereka tidak mudah rusak. Kalau tidak, maka tentu saja akan berakibat fatal pada observatorium itu seperti yang terjadi pada Teleskop Radio Arecibo di Brazil, teleskop radio terbesar kedua di dunia yang hancur belum lama ini.

Kegiatan untuk mencari teknologi dari peradaban cerdas di luar angkasa disebut SETI atau Search for Extraterrestrial Intelligence. Kegiatan SETI menggunakan gelombang radio karena bisa bergerak bebas melalui ruang dan mencapai jarak jauh di angkasa dan gelombang cahaya optik untuk mencari sinyal laser berdenyut yang bisa dihasilkan dengan kekuatan yang sangat besar. Butuh waktu lama untuk mengirimkan dan menerima sinyal dan kita harus menemukan cara yang lebih cepat untuk berkomunikasi dengan peradaban cerdas yang mungkin ada di planet-planet itu. Kita juga harus menjaga agar alat komunikasi kita - bisa dari angkasa dan dari darat - agar tidak mudah rusak.
-------------
Lihat juga rekamannya ya :
0 Comments