Keindahan Langit Malam


Apakah kalian pernah pergi ke suatu tempat yang gelap dan sunyi (mungkin 'sunyi' nya nggak perlu)? Misalnya ke gunung atau hutan. Kalau pernah, kemungkinan besar kalian akan melihat banyak sekali bintang yang bertebaran di langit malam di tempat itu, - galaksi, bintang, planet, dll - kecuali kalau berawan (karena tidak hanya bintang, jadi mungkin lebih tepatnya obyek angkasa terang). Aku pernah merasakan pengalaman itu. Aku bahkan bisa melihat beberapa meteor yang terbakar di atmosfer, padahal saat itu bukan hujan meteor. Faktanya adalah kita bisa melihat hal seperti itu setiap hari lho! Lalu, kenapa kita jarang sekali bisa melihat langit malam yang penuh dengan 'bintang' itu? Jawabannya ada 3, yaitu karena adanya awan, hujan, atau polusi cahaya. Kita tentunya tidak bisa menghalau awan atau hujan, tapi kita bisa menghalau polusi cahaya. Itulah yang akan aku bahas di sini. 

Polusi cahaya akan mengganggu pengamatan angkasa karena akan menutup cahaya dari obyek-obyek angkasa yang lebih redup dari lampu-lampu di Bumi kalau dilihat dari Bumi. Cahaya dari permukaan yang dipancarkan ke atas akan 'dihamburkan' awan atau partikel udara sehingga menyebabkan pendar cahaya yang bisa dilihat dari jauh. Kalau dilihat dari tempat tinggi, maka pendar cahaya itu akan terlihat sebagai kubah cahaya yang melingkupi kota di bawahnya. Artinya, tingkat polusi cahaya di kota itu sangat tinggi atau dengan kata lain akan sangat sulit untuk mengamati obyek angkasa dari perkotaan. Hal ini juga terkait dengan mata kita. Saat kita melihat cahaya yang terang, mata kita secara otomatis akan berusaha untuk fokus atau beradaptasi dengan cahaya yang terang itu. Karena itu, kita tidak bisa melihat cahaya obyek angkasa yang redup karena mata kita sedang digunakan untuk melihat obyek yang terang. Begitu juga sebaliknya. 


Sementara semakin ke tempat dengan polusi cahaya rendah, semakin banyak obyek angkasa yang bisa kita lihat. Kalau kita pergi ke tempat dengan polusi cahaya sangat rendah atau tidak ada (sangat gelap), maka kita bahkan bisa melihat Galaksi Bimasakti dengan mata telanjang. Selain berdampak bagi astronomi, polusi cahaya juga berdampak pada kesehatan. Misalnya, cahaya luber yaitu cahaya yang bisa mengganggu kesehatan, seperti gangguan tidur. Ada juga cahaya silau yang tidak nyaman dan bisa menyebabkan kebutaan. Semua cahaya itu berasal dari berbagai sumber. Ada yang berasal dari papan iklan atau rambu jalan. Ada juga cahaya yang mengarah pada dinding gedung atau mengarah ke atas dari bawah pohon. Masalah lain berasal dari berbagai jenis cahaya yang tidak ditudungi. Yang lebih parah adalah lampu sorot yang digunakan untuk menandai acara penting. Sudah terang, eh juga diarahkan ke langit. Saat ini sudah dikembangkan lampu jenis lain yang lebih murah, konsumsi energi lebih rendah alias tahan lama, ramah lingkungan, dan mudah digunakan. Nama jenis lampu itu adalah LED, singkatan dari Light-emitting diodes. Tapi, bukannya mengurangi polusi cahaya, lampu LED malah memperburuk polusi cahaya. Tidak hanya itu, lampu LED yang menggunakan spektrum biru juga berdampak pada ekosistem dan kesehatan, misalnya mengganggu tidur. 

Bagaimana cara agar setidaknya kita bisa mengurangi polusi cahaya? Kita bisa saja mematikan seluruh lampu di Bumi sehingga tidak ada lagi cahaya di Bumi. Tapi bagaimanapun juga, kita membutuhkan cahaya. Jadi kita hanya bisa mengurangi polusi cahaya. Cara yang sudah pasti bekerja adalah menggunakan lampu hanya saat dibutuhkan. Dengan kata lain, kita harus menghemat daya lampu. Saat siang hari dimatikan dan matikan juga saat jam 11 malam. Lagipula kita tidak menggunakan lampu saat kita sedang tidur, bukan? Ini adalah cara yang kita bisa lakukan sendiri di rumah setiap hari. Kemudian, kita bisa menggunakan lampu berwarna kuning daripada yang berwarna putih karena warna kuning lebih redup dibandingkan dengan warna putih. Tapi, yang lebih baik untuk astronomi dan kesehatan adalah lampu yang tidak menggunakan spektrum biru. Selain itu, kita juga bisa menempatkan lampu pada daerah yang bisa menghalangi cahaya. Menanam pohon juga bisa dilakukan untuk membantu mengatasi pantulan cahaya ke langit. Cara selanjutnya sebenarnya tidak begitu penting untuk orang yang tidak menggunakan lampu sorot. Kita tidak boleh menggunakan lampu sorot karena sangat terang dan mengarah ke langit. Lampu (yang di luar ruangan) juga sebaiknya ditudungi agar cahayanya tidak menyebar kemana-mana, termasuk menyebar ke atas.  


Tentu saja, ada banyak orang yang menyadari dampak dari polusi cahaya ini dan mereka membuat beberapa program untuk menangani polusi cahaya di Bumi. Yang pertama ada Globe at Night, sebuah program kampanye untuk menyadarkan masyarakat akan dampak polusi cahaya dan mengajak warga untuk ikut mengukur dan mendaftarkan hasil pengamatan kecerahan langit di daerah mereka. Kemudian, ada program bernama Quality Lighting Teaching Kit. Di program ini terdapat enam aktivitas yang membutuhkan alat kualitas cahaya untuk mencari solusi terkait dengan efek polusi cahaya pada kehidupan, langit malam, mata, penggunaan energi, keselamatan, dan cahaya luber yang masuk ke gedung. Program selanjutnya ditujukan kepada siswa, yaitu Dark Skies Rangers, yang bertujuan untuk mengajak siswa untuk mengenali polusi cahaya. Program ini menyediakan cara alternatif dan alat untuk mengurangi penggunaan cahaya, menjaga biaya pemakaian energi, dan membantu masyarakat untuk mendapatkan langit gelap. Program internasional lainnya adalah International Dark-Sky Association (IDA), dengan misi untuk menjaga dan melindungi langit gelap dan lingkungan lewat penggunaan cahaya yang tidak berlebihan. 

Tapi, selain keempat program ini, ada satu program lagi yang lebih terkenal, yaitu Earth Hour Day. Earth hour Day dimulai oleh World Wide Fund for Nature (WWF) oleh Andy Ridley sebagai peristiwa mati lampu yang berawal di Sydney pada tahun 2007. Program ini adalah salah satu pergerakan terbesar untuk lingkungan di dunia dan sudah ada jutaan orang dari lebih dari 180 negara yang ikut berpartisipasi untuk mematikan lampu sebagai wujud dukungan kepada Bumi. 


Earth Hour Day diadakan setiap tahun pada hari Sabtu terakhir bulan Maret. Untuk tahun ini, Earth Hour Day akan diadakan lusa, yaitu pada 27 Maret 2021. Nah, Alphadeo Astronomy Club mengajak kalian untuk berpartisipasi di program ini. Caranya begini:
1. Menyiapkan poster keikutsertaan Earth Hour
A. Kalian bisa membuat posternya dari barang bekas, atau print/ cetak saja dari file poster di bawah ini
B. Atau kalian menggunakan poster digital di bawah ini. Unduh/ download ke hape kalian ya. 
2. Pada saat Earth Hour, matikan lampu rumah kalian minimal sejam dimulai dari jam 20.30 waktu masing-masing. Kalau tidak bisa, matikan lampu di kamar kalian.
3. Masih saat Earth Hour, beradalah di tempat gelap lalu selfie dengan poster itu. Agar wajah kalian dan posternya terlihat, kalian bisa menggunakan senter. 
4. Mengirimkan hasil selfie kalian ke WA (08112037141) atau e-mail (kpetrananda@gmail.com) aku. 

Materi yang bisa diunduh/ didownload :

Itu caranya ya. Jangan lupa untuk mengajak teman-teman kalian juga ya. Jadi dari topik minggu ini, kita sudah belajar tentang keindahan langit malam dan cara untuk mengurangi polusi cahaya. Jadi, ayo kita jaga Bumi dari polusi cahaya! 




Post a Comment

0 Comments