Planet yang bermigrasi biasanya adalah planet seperti Jupiter. Jupiter Panas awalnya juga terbentuk di tata surya luar dengan cara yang sama seperti planet-planet gas raksasa terbentuk, tapi kemudian jalur orbitnya diubah oleh sisa-sisa pembentukan sehingga planet gas itu akan berputar mendekati bintang induknya. Sisa-sisa pembentukan ini adalah gas dan planetesimal. Setelah suatu planet gas raksasa berinteraksi dengan sisa material, misalnya gas, gas-gas itu memiliki gaya tarik sehingga secara bertahap bisa mengubah orbit planet yang lebih jauh menjadi bermigrasi ke tata surya dalam. Akhirnya planet itu akan berada di orbit yang stabil dan menjadi Jupiter Panas. Biasanya mereka akan berhenti di titik di mana gravitasinya terikat dengan gravitasi bintang yang menyebabkan planet itu mengalami tidal lock, alias satu sisi planet selalu menghadap bintang sementara sisinya yang lain tidak pernah terkena sinar Matahari, seperti Merkurius. Jupiter sebetulnya dulu juga pernah akan menjadi Jupiter Panas lho! Tapi sayangnya tidak jadi. Perisitwa itu terkait dengan salah satu teori pembentukan tata surya kita yang bergama Teori Grand Tack yang juga membahas bagaimana migrasi planet bisa terjadi. Grand Tack juga membahas bagaimana Jupiter dulu mungkin pernah mengubah posisi orbitnya - posisi orbitnya ya, bukan posisinya sendiri - di awal sejarah pembentukan tata surya kita. Pergerakan Jupiter dulu yang acak bisa jadi mengakibatkan misalnya gerakan acak banyak obyek angkasa di sabuk asteroid dan mengakibatkan massa Mars yang kecil. Teori ini mengatakan bahwa orbit para planet gas raksasa dulu pernah berpindah ke tata surya dalam dan lalu kembali ke tata surya luar.
Saat bermigrasi ke tata surya dalam, mereka memasuki piringan protoplanet dan memulai pembentukan Mars yang sangat kecil dengan sangat sedikit material yang tersisa dari orbit mereka. Proses ini membutuhkan waktu kurang dari 1 juta tahun yang bisa dikatakan cukup singkat. Setelah itu, para planet gas raksasa bermigrasi kembali ke tempat awal mereka di tata surya luar, tapi gravitasi mereka - terutama Uranus dan Neptunus - menyebarkan sisa material di luar tata surya sehingga menghambat pembentukan lebih banyak planet gas raksasa. Parahnya, mereka mengirim beberapa planetesimal itu ke tata surya bagian dalam yang menyebabkan era bombardir berat, yaitu planet-planet di tata surya dalam dihujani oleh banyak sekali puing sisa pembentukan. Puing-puing itu kemudian secara bertahap menyatu dan menjadi planet dan tentu saja semakin berkurang. Selain itu, karena berinteraksi dengan puing-puing pembentukan tata surya, Uranus dan Neptunus juga saling bertukar posisi. Karena menurut teori ini Uranus saat itu berada di paling luar - di tempat Neptunus berada sekarang - sementara Neptunus berada di orbit tempat Uranus sekarang berada. Jadi singkatnya teori ini menunjukkan bahwa planet-planet gas raksasa di tata surya kita dipengaruhi oleh dorongan gravitasi dari planetesimal, terutama planetesimal yang berukuran ratusan sampai ribuan kilometer.
Migrasi planet adalah hal yang baru tentang bagaimana sistem tata surya beroperasi dan menjelaskan tentang sistem eksoplanet pertama yang ditemukan dan yang adalah sebuah Jupiter Panas. Memang migrasi planet sebenarnya dulu tidak diduga akan terjadi, tapi sekarang bisa dijelaskan dengan simulasi komputer. Hal ini kembali menunjukkan bahwa ada kekacauan dalam cara terbentuknya tata surya dan interaksi antara planet-planet awal dengan materi yang tersisa di piringan protoplanet - piringan tempat terbentuknya planet - bisa menyebabkan beberapa planet keluar dari sistem tata suryanya dan menyebabkan yang lain bertukar posisi seperti Uranus dan Neptunus, sementara yang lainnya bermigrasi. Ini adalah hal yang biasa untuk sistem eksoplanet dan itu juga bisa berlaku untuk setiap tata surya, termasuk tata surya kita.
Hijau = Jupiter, Jingga = Saturnus, Biru Kehijauan = Uranus, Biru Gelap = Neptunus, dan warna putih di sekitar mereka adalah sisa-sisa pembentukan tata surya kita
0 Comments