Amukan Matahari

Coronal Mass Ejection 

Matahari banyak memberikan manfaat untuk kita. Ya. Tapi ternyata tidak 100% baik. Matahari kadang-kadang juga bisa mengamuk paling sering setiap 11 tahun sekali dan amukannya bisa meluas ke seluruh tata surya kita. Kemarahan Matahari ini disebut 'Badai Matahari'. Badai Matahari terdiri dari beberapa proses. Pertama-tama, terjadi ledakan Matahari, ledakan radiasi dari pelepasan energi magnetik dari bintik matahari yang terlihat sebagai daerah terang di Matahari dan bisa bertahan sampai beberapa jam. Ledakan terbesar di tata surya kita ini kadang-kadang bisa memicu Coronal Mass Ejection (CME), ledakan besar plasma dari Matahari yang berbentuk seperti cincin yang terlontar keluar dari permukaannya. Efek ledakan Matahari bisa menyebar menembus angkasa melewati angin Matahari secepat sekitar 321.000 km/detik, walaupun angin Matahari sangat lemah dibandingkan dengan angin Bumi, kira-kira 1000 juta kali lebih lemah. Partikel berenergi dari Matahari ini bisa sampai di Bumi mulai dari 20 menit sampai beberapa jam. Kalau angin Matahari mencapai Bumi akan terjadi badai geomagnetik, yaitu interaksi ledakan Matahari dengan medan magnet Bumi. Setelah itu, terjadilah badai proton atau badai partikel berenergi bernama peristiwa partikel surya (SPE / Solar Particle Event) di Bumi. 

Serangan badai Matahari bisa mematikan listrik dan merusak satelit yang tidak terlindung atmosfer, salah satunya adalah Starlink yang aku bahas sebelumnya. Ini karena badai geomagnetik yang memanaskan dan memadatkan atmosfer bagian atas Bumi sehingga ketebalannya meningkat dan bisa menarik satelit dan puing-puing angkasa jatuh terbakar di dalam atmosfer. Dampak lain pada para satelit ini adalah pengisian daya yang berlebihan. Pengisian daya yang berlebihan bisa juga terjadi pada jalur kabel listrik di tanah dan pipa di bawah laut. Selama badai Matahari, sebagian dari partikel berenergi dari Matahari akan menuju ke bawah daerah kutub - mendekati garis khatulistiwa - sehingga akan mempengaruhi perambatan gelombang radio dan mengganggu komunikasi pesawat. Singkatnya, badai Matahari akan merusak sebagian besar alat elektronik, tapi tidak semuanya. Bumi sudah banyak sekali diserang oleh badai menyebalkan ini, walaupun sudah ada Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) bernama NOAA yang mengawasi dan mengamati badai ini. Pada tahun 993 M, ada semburan Matahari yang meninggalkan bekas pada batang pohon dan pada bahan kayu kuno di pemukiman Suku Viking di Amerika. Badai Matahari akhirnya diketahui pada September 1859 saat Richard Carrington dan Richard Hodgson melihat ledakan Matahari yang menciptakan badai geomagnetik terkuat sampai saat ini yang diketahui! Badai Matahari super ini sampai menerjang sistem telegraf, teknologi canggih pada saat itu di Eropa dan Amerika Utara. Untungnya, tragedi berama Peristiwa Carrington ini jarang terjadi. 

Ada satu badai Matahari yang menerjang pada waktu yang bisa dibilang tidak pas, yaitu saat Perang Dunia I, walaupun tidak sebesar Peristiwa Carrington. Peristiwa partikel surya selanjutnya sedikit merusak alat pendeteksi militer, tapi anehnya para pasukan malah berpikir ada bom yang meledak (karena dampaknya bisa sama juga). Peristiwa Partikel Matahari besar terjadi lagi di antara Misi Apollo 16 dan Apollo 17 pada 7 Agustus 1972. Partikel berenergi yang menghantam astronot di luar medan magnet Bumi akan bisa mengancam nyawanya. 17 tahun kemudian, CME besar lainnya menyebabkan peristiwa partikel Matahari yang menghantam Bumi pada Maret 1989. Badai geomagnetik ini mematikan jaringan listrik di Quebec (Kanada) dan di beberapa bagian New England dan melelehkan Trafo karena kelebihan muatan listrik di jaringan. Untuk yang belum tau atau lupa apa itu Trafo, Trafo atau Transformator adalah alat yang mengubah tegangan listrik menjadi lebih rendah atau sebaliknya. Kalau dipikir-pikir lagi, dampak dari setiap badai Matahari kebanyakan sama, tapi tetap merepotkan. Tapi, karena badai Matahari tidak selalu menuju ke kita dan ledakannya tidak selalu besar, maka tidak setiap dampak dari ledakan Matahari atau CME selalu menghantam Bumi. Kalau seandainya terjadi ledakan Matahari di sisi terjauh Matahari dari Bumi, ya tentu saja itu tidak akan menyerang Bumi. Salah satunya adalah ledakan Matahari pada tahun 2001 yang menciptakan lontaran massa korona, tapi meleset dari Bumi. Jadi, apakah badai Matahari sella menimbulkan masalah kepada Bumi? Lho, kok ditanyakan lagi? Ya jelas selalu buruh lah akibatnya! Eits, jangan terlalu cepat menyimpulkan dulu. Setiap ada sesuatu yang buruk, pasti ada kebalikannya, yaitu sesuatu yang baik. Kalau dalam hal ini adalah munculnya aurora di kedua kutub Bumi yang bisa dinikmati oleh kita. Setauku, Aurora terjadi di antara fase Badai Geomagnetik dan Peristiwa Partikel Surya. Pita warna-warni di langit malam ini memang selalu terjadi di kutub utara dan kutub selatan saja. Tapi pada saat badai Matahari terjadi, kadang-kadang ada lebih banyak partikel yang berhasil melewati atmosfer Bumi. Hasilnya bisa dilihat pada Bulan Oktober yang lalu saat Aurora Borealis - nama aurora di kutub utara - terlihat di New York! 
Sekarang aku tanya lagi. Kalian lebih memilih terjadi badai Matahari sehingga bisa melihat aurora atau tidak? Kalau aku? Aku memilih tidak, karena lagipula aku tidak bisa melihat aurora dari Indonesia. Hehe.


--------------

Lihat rekamannya juga ya : 

Post a Comment

0 Comments