
Sumber : https://youtu.be/ws8J6azje8Y
Kita sampai kepada pesawat ulang-alik NASA terakhir yang akan dibahas, yaitu Pesawat Ulang-alik Columbia (walaupun jika diurutkan, Columbia berada di urutan pertama dalam program pesawat ulang-alik). Ironisnya, Columbia justru mengalami tragedi yang sama dengan Challenger. Padahal Columbia merupakan pesawat ulang-alik NASA yang pertama kali meluncur ke luar angkasa (Enterprise tidak dihitung). Bagaimana hal ini bisa terjadi lagi? Untuk mengetahuinya, kita akan mempelajari pesawat ulang-alik ini dulu. Columbia atau OV-102 merupakan pesawat ulang-alik NASA yang pertama, tidak termasuk Enterprise karena Enterprise hanya digunakan sebagai uji coba. Columbia mengawali penerbangan pesawat ulang-alik di angkasa pada tanggal 12 April 1981. Dengan tinggi sekitar 37 m dan lebar 24 m, Columbia bisa terbang secepat 28.000 km/jam. Columbia menjadi pesawat ulang-alik terberat dari kelima pesawat ulang-alik bersaudara. Bobotnya adalah 80.739 kg, sekitar 1 ton lebih berat dari Challenger dan 3,6 ton lebih berat dari Endeavour. NASA membangun Columbia dengan biaya 7 miliar USD (2012). Pesawat ulang-alik ini terbang sebanyak 28 kali dan mengitari Bumi sebanyak 4.808 kali.

Sumber : www.engineeringclicks.com
Penerbangan terakhir Columbia dilakukan pada misi STS-107. Rencana peluncuran ini sudah diumumkan sejak bulan Maret 1998 dan direncanakan untuk meluncur pada Mei 2000. Tapi, jadwalnya berubah menjadi tahun 2003. Columbia memulai misinya yang ke-28 dari Launch Pad 39A di Kennedy Space Center (KSC), Florida pada 16 Januari 2003. Misi Columbia terakhir ini membawa 7 kru di dalamnya, yaitu :
- Komandan = Rick Husband
- Komandan muatan = Michael Anderson
- Spesialis misi = David Brown, Kalpana Chawla, dan Laurel Clark
- Pilot = William McCool
- Spesialis muatan dari Badan Antariksa Israel = Ilan Ramon

Para Kru Columbia (sumber : www.britannica.com)
8 menit setelah peluncuran, Columbia sampai di orbit Bumi dan para kru mulai menjalankan misi mereka selama 16 hari untuk melakukan penelitian terhadap gaya gravitasi mikro. Setelah sampai di orbit, para insinyur NASA mencatat rekaman busa yang terlepas dari tangki luar (ET) dan mengenai sayap kiri Columbia 82 detik setelah peluncuran. Tapi, pihak NASA mengabaikan hal tersebut karena berpikir bahwa Columbia akan tetap aman dan sayap kirinya tidak akan bermasalah. Pada tanggal 31 Januari, para astronot menyelesaikan seluruh tugas mereka dan bersiap untuk kembali ke Bumi. Besoknya, Pesawat Ulang-Alik Columbia masuk kembali ke dalam atmosfer Bumi dan menuju ke KSC. Tiba-tiba, pembaca suhu di sayap kiri dan pembaca tekanan roda kiri mati. Pusat pengendali misi pun kehilangan kontak dengan Columbia saat berada di ketinggian 207.000 kaki di atas Texas, 16 menit sebelum pendaratan. NASA terus mencoba untuk menghubungi Columbia, tapi tetap tidak ada jawaban. Beberapa menit kemudian, NASA mendapat kabar mengejutkan, bahwa televisi memperlihatkan Columbia yang pecah di langit.

Foto serpihan Columbia yang jatuh terbakar (sumber : www.npr.org)
Mendengar hal itu, NASA segera mengirim tim ke tempat yang diduga sebagai tempat jatuhnya serpihan di Texas dan Louisiana. Pencarian memakan waktu beberapa minggu karena puing-puing Columbia tersebar sekitar 5.180 km2 di Texas sebelah timur. NASA akhirnya menemukan 84.000 keping Columbia yang hampir menyusun 40% total berat Columbia. Bagaimana dengan ketujuh astronot? Para astronot Columbia sudah meninggal sejak Columbia hancur di langit. Sisa-sisa kru yang ditemukan hanyalah bekas DNA mereka. Diduga para astronot pingsan setelah tekanan di dalam Columbia habis. Ada beberapa hasil percobaan di dalam Columbia yang berhasil selamat, salah satunya adalah sekelompok cacing gelang yang bernama Caenorhabditis elegans. Dengan panjang sekitar 1 mm, beberapa keturunan cacing gelang ini terbang lagi ke luar angkasa pada bulan Mei 2011 dengan Endeavour.

Puing-puing Columbia (sumber : www.space.com)
Tragedi Columbia tentu saja membuat semua orang syok, terkejut, dan patah hati. Tragedi Challenger pada tahun 1986 ternyata terulang lagi pada tanggal 1 Februari 2003 dengan Columbia yang hancur berkeping-keping di langit saat kembali ke Bumi, yang menewaskan 14 astronot secara keseluruhan. Tragedi pesawat ulang-alik kedua inilah yang menjadi alasan utama para pesawat ulang-alik pensiun pada tahun 2011. Sebetulnya masalah 'busa' yang keluar dari tangki luar ini sudah diketahui NASA sejak lama, tapi entah kenapa NASA meremehkan hal ini dan pada akhirnya 'mengulang sejarah' kelam itu lagi. Karena hal ini pihak NASA diawasi secara ketat di Kongres dan media karena keteledoran mereka. Tragedi Columbia diselidiki oleh Dewan Investigasi Kecelakaan Columbia (CAIB) yang lalu mempublikasikan laporan tentang alasan dan bagaimana Columbia hancur. Pihak CAIB menyuruh NASA agar segera menyelesaikan masalah terkait dengan busa ini demi keselamatan para astronot. Mereka juga mengatakan bahwa pesawat ulang-alik harus diganti dengan sistem transportasi yang baru agar kecelakaan Columbia dan Challenger tidak terjadi lagi. Setelah itu, NASA merancang ulang tangki luar dan menerapkan sistem keamanan lainnya. Tragedi Columbia ini menyebabkan penerbangan pesawat ulang-alik dihentikan selama lebih dari 2 tahun. Baru pada bulan Juli 2005, pesawat ulang-alik kembali beroperasi dengan Pesawat Ulang-alik Discovery (STS-114) yang lepas landas untuk menguji coba serangkaian sistem baru yang sudah NASA tambahkan. NASA juga menambah lebih banyak kamera untuk memantau pelepasan busa selama pesawat ulang-alik lepas landas.

'Busa' yang keluar dari tangki luar (sumber : https://commons.wikimedia.org)
Kenapa pesawat ulang-alik tidak langsung diberhentikan saja? Karena NASA masih ingin menggunakan pesawat ini untuk menyelesaikan pembangunan ISS alias Stasiun Angkasa Internasional. Program pesawat ulang-alik dihentikan sepenuhnya pada Juli 2011 setelah 135 misi berlangsung. Kepergian Columbia dan ketujuh astronotnya luar angkasa memberikan luka mendalam dan rasa kehilangan, terutama untuk para anggota keluarga astronot ini. Karena itu, NASA membuat serangkaian kenangan untuk Columbia dan para astronot. Pada tahun 2015, Kennedy Space Center membuka pameran NASA yang memamerkan puing-puing dan bingkai jendela dari Columbia sekaligus dari Challenger yang disebut "Selamanya Diingat". Barang-barang pribadi milik masing-masing astronot juga dipajang di sana. Lalu, nama ketujuh astronot yang meninggal diukir di Space Mirror Memorial. Di Mars, lokasi pendaratan rover Spirit diberi nama Columbia Memorial Station.

Sumber : https://en-academic.com
Di JSC, NASA menanam 7 pohon di Astronaut Memorial Grove untuk menghormati ketujuh astronot tersebut. Beberapa benda angkasa bahkan diberi nama dengan nama ketujuh astronot. Ke-7 bukit di sebelah timur lokasi pendaratan Spirit Rover di Mars dinamakan Perbukitan Columbia dengan masing-masing bukit diberi nama para kru. Ada juga 7 asteroid di Sabuk Asteroid yang diberi nama ketujuh awak Columbia. Pada tahun 2006, 7 kawah di Cekungan Apollo di Bulan juga diberi nama yang sama untuk menghormati para astronot dan kepada Columbia. NASA juga mengadakan hari khusus setiap tahun di akhir Januari untuk menghormati para astronot dalam kecelakaan Columbia sekaligus mereka yang meninggal dalam kebakaran Apollo 1 dan kecelakaan Challenger, yang secara kebetulan ketiga tragedi ini terjadi di tanggal yang berdekatan. Hari khusus itu dinamakan Day of Remembrance.

Sumber : www.nasa.gov
Setelah pensiunnya armada pesawat ulang-alik, NASA 'meminjam' Soyuz milik Rusia untuk menuju ke ISS sampai Modul Crew Dragon diciptakan oleh SpaceX pada Mei 2020. NASA mengembangkan Crew Exploration Vehicle yang disebut Orion yang sudah memulai perjalanannya ke Bulan pada bulan November yang lalu, setelah uji coba terbang pertamanya pada Desember 2014. Misi yang diberi nama Artemis 1 ini akan membawa astronot ke Bulan dan mendaratkan wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama di satelit alami kita. Selamat beristirahat dengan tenang, Columbia dan ketujuh astronotnya.
Kiri : Kru Apollo 1; Tengah : Kru Challenger; Kanan : Kru Columbia (sumber : www.nasa.gov)
0 Comments