Lenyapnya Sang Cincin Legendaris

Cincin Saturnus yang memudar (sumber : www.businessinsider.com)

Saturnus, planet yang selalu diagung-agungkan berkat cincin 'emasnya'. Bagaimana tidak? Dari kedelapan planet di tata surya kita, hanya planet keenam dari Matahari ini yang memiliki cincin yang dapat terlihat dengan jelas (walaupun Jupiter, Uranus, dan Neptunus juga mempunyainya, hanya saja lebih tipis). Ya, setiap kali membicarakan mengenai planet ini, semua orang pasti pertama kali akan mengingat tentang cincinnya. Sayangnya, ada kabar buruk. Cincin Saturnus yang legendaris ini suatu hari nanti akan lenyap dan tidak akan terlihat lagi. Kenapa dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Sebelumnya kita akan mengingat dulu sedikit seputar tentang cincin Saturnus. 

Voyager dan Saturnus (sumber : www.sciencenews.org)

Cincin Saturnus pertama kali diamati oleh Galileo Galilei melalui teleskop ciptaannya pada tahun 1610. Namun beliau tidak tau apa struktur yang melingkari Saturnus itu karena tidak terlihat dengan jelas. Lucunya, Galileo mengira struktur ini adalah bagian telinga dari Saturnus karena berada di setiap sisi planet ini. Sampai akhirnya pada tahun 1655, seorang astronom dari Belanda bernama Christaan Huygens menduga bahwa Saturnus dikelilingi oleh cincin padat. Ternyata memang benar planet gas ini memiliki cincin. Saturnus memiliki 7 cincin, tapi pengamatan dari wahana antariksa Cassini menghitung sistem cincin yang berjumlah lebih dari 30. Cincin Saturnus terdiri dari jutaan sampai miliaran bebatuan dan es yang berukuran mulai dari sekecil butiran pasir sampai sebesar gunung. Batu-batu dan es ini mengitari Saturnus di atas garis ekuatornya sejak sekitar 10-100 juta tahun yang lalu. Para ilmuwan sendiri belum tau secara pasti bagaimana cincin berdiameter sekitar 270.000 km ini terbentuk. Ada teori yang mengatakan bahwa cincin itu terbentuk karena salah satu bulan purba Saturnus yang pecah karena terlalu dekat dengan si planet. 

Ilustrasi lenyapnya cincin Saturnus (sumber : www.nbcnews.com)

Berdasarkan data yang diambil Voyager 1 & 2 pada awal tahun 1980-an, cincin Saturnus diprediksikan akan lenyap karena pengaruh radiasi Matahari dan tabrakan dari meteoroid kecil. Sinar ultraviolet dari Matahari dan awan plasma yang terbentuk dari tabrakan asteroid membuat material cincin 'menguap' dan terikat oleh medan magnet planet. Lalu material cincin ditarik gravitasi Saturnus sehingga berubah menjadi hujan es berdebu , menciptakan fenomena yang disebut "hujan cincin." Berdasarkan data yang didapatkan wahana antariksa Cassini, sekitar 400 kg sampai 2.800 kg hujan es terjun ke dalam planet ini setiap detiknya dan memanaskan atmosfer bagian atasnya. Dalam waktu setengah jam saja, kadar materi hujan cincin bisa setara dengan air kolam renang olimpiade. Dengan kecepatan itu, diperkirakan seluruh sistem cincin akan menghilang paling lama 300 juta tahun lagi. Namun, para ilmuwan memperkirakan prosesnya bisa lebih cepat dari 100 juta tahun. Ini tergantung dari paparan sinar Matahari terhadap cincin. Bisa jadi juga cincin tersebut masih melayang-layang di sekitar Saturnus sampai lebih dari 1 miliar tahun. 

Cincin Saturnus terdiri dari bebatuan dan es (sumber : https://spacespecialists.com)

Selama 29,4 tahun massa revolusinya terhadap Matahari, paparan cincin terhadap Matahari bervariasi sehingga bisa mempengaruhi kecepatan memudarnya cincin. Untuk membantu memantau proses hujan cincin, JWST dan Observatorium Keck di Hawaii akan berperan dalam kegiatan tersebut sekaligus untuk memperkirakan usia cincin Saturnus dengan lebih akurat. Betapa beruntungnya kita hidup di masa dimana kita masih memiliki kesempatan untuk menikmati pemandangan cincin Saturnus yang indah. 

Ilustrasi penampakan Matahari dari Saturnus (sumber : https://kfor.com)

Post a Comment

0 Comments