![]() |
Ilustrasi dari internet |
Beberapa hari yang lalu aku udah menceritakan tentang jejak pengamatan angkasa yang terkait dengan budaya-budaya di Indonesia. Nah, sekarang aku mau menceritakan tentang angkasa itu sendiri. Angkasa alias alam semesta tidak mempunyai batas katanya, karena itu ada banyak yang bisa diceritakan tentang angkasa. Tapi kali ini aku akan bercerita tentang pencarian kehidupan di Planet Mars, yang pastinya terkait dengan alien. Pasti kalian tertarik dengan alien kan? Sebenarnya, sejak kapan dan kenapa orang-orang berpikir kalau alien itu ada? Asal usul pemikiran tentang alien dimulai dari Epicurus, si filsuf Yunani, yang berpikir bahwa alam semesta penuh dengan populasi yang tidak terhitung. Kemudian, dengan adanya penampakan piring terbang di dekat Washington pada tahun 1947, makin banyak orang yang percaya kalau alien itu ada. Pada tahun 1950 Enrico Fermi menanyakan suatu pertanyaan yang mungkin terkenal : Di manakah semuanya? Para manusia bisa pergi ke angkasa dan mungkin bisa menghuni galaksi dalam jutaan tahun lagi. Kalau di luar sana ada kehidupan dan para alien bisa melakukan hal yang sama seperti kita, kenapa mereka tidak datang ke bumi?
Pertanyaan ini dikenal sebagai Fermi paradox. Apakah karena mereka sudah pernah datang ke bumi dan membuat suatu tanda misalnya piramida yang lalu kemudian bosan dengan bumi dan kembali ke tempat asalnya? Ataukah mungkin minimal di galaksi kita sendiri, spesies yang memiliki teknologi yang paling tinggi hanya kita saja? Kita masih belum mengetahuinya. Walaupun begitu, masih banyak orang yang yakin kalau di luar angkasa,
minimal di tata surya kita ada kehidupan, misalnya di Planet Mars. Salah
satu robot penjelajah Mars adalah Curiosity Rover yang sedang mencari
tanda-tanda kehidupan di Mars.
Ngomong-ngomong, kenapa para ilmuwan menduga bahwa di planet merah ini ada kehidupan? Ada 5 alasan. Alasan pertamanya adalah saat sebuah meteorit bernama ALH84001 yang menabrak bumi lebih dari 4,5 miliar tahun yang lalu. Para ilmuwan menemukannya di Antartika. Kemudian pada tahun 1996, mereka mengira mereka menemukan fosil mikro yang berbentuk seperti cacing. Penemuan mereka itu membuat orang-orang terkejut, tapi apakah itu benar-benar fosil? Belum bisa dipastikan. Batu meteorit yang jatuh di Antartika itu sudah terkontaminasi cukup lama oleh bumi sehingga mungkin saja mikro berbentuk cacing itu berasal dari bumi. Mungkin saja salah satu sisi meteorit itu memang berbentuk seperti mikro.
Alasan keduanya adalah saat seorang astronom Italia bernama Giovanni mengira bahwa ia melihat garis lurus di permukaan Mars, yang kemudian dia sebut kanal pada tahun 1877. Kemudian, Percival Lowell, penemu Pluto, mulai menyelidiki Mars. Pada abad ke-19, Lowell membuktikan bahwa ada banyak kanal yang serupa dengan yang dilihat oleh Giovanni dan membantah kalau kanal-kanal ini dibuat oleh penduduk Mars, yang sebelumnya sempat dikira begitu oleh Giovanni. Hasil dari pembuktian Lowell itu diambil sedikit oleh H.G. Wells yang kemudian membuat film The War of the World's, pada tahun 1898, yang menceritakan tentang penduduk Mars yang menyerang bumi dan berusaha untuk menguasainya.
Alasan ketiga adalah wajah di Mars yang difoto pada tahun 1976 oleh Viking. Beberapa orang mengira batu berbentuk wajah itu diukir oleh penduduk Mars. Sayangnya, pada tahun 1998 para ilmuwan astronomi membuktikan bahwa wajah itu hanyalah sebuah bidang dataran yang berbatu, membentuk pola wajah.
Yang keempat adalah ditemukannya air cair didalam sebuah batu meteorit yang berumur 4,5 miliar tahun yang lalu (mungkin itu adalah batu meteorit yang sama dengan yang jatuh di Antartika). Cairan itu adalah H2O pertama yang ditemukan di planet lain. Cairan ini ditemukan 21 tahun yang lalu.
Keempat hal itu adalah penemuan-penemuan lampau. Saat ini ada juga penemuan kelima yang mengejutkan. Baru-baru ini Curiosity menemukan metana di atmosfer Mars. Metana adalah gas hasil penguraian zat-zat organik. Para ilmuwan menduga mereka (metana) berasal dari semacam danau atau bisa dibilang reservoir di bawah tanah yang kemudian bercampur dengan partikel-partikel tanah. Metana itu kemudian menguap ke atmosfer sebelum akhirnya menghilang. Bagaimana bisa ada metana di Mars? Mungkin yang menghasilkan metana itu adalah mikroba di dalam tanah. Bisa juga karena pengaruh geologi alias sifat planet itu sendiri. Para ilmuwan juga belum tau seberapa banyak kandungan metana di atmosfer Mars.
![]() |
Foto dari internet |
Selain pencarian kehidupan di Mars, para ilmuwan juga sedang mencari kehidupan di alam semesta dengan menggunakan gambar dan suara. Gambar diambil dengan menggunakan kamera yang kita sebut teleskop, entah itu dari bumi maupun dari angkasa. Teleskop angkasa yang terkenal adalah Teleskop Hubble, yang katanya akan digantikan dengan Teleskop James Webb.
Kalau suara diambil menggunakan teleskop juga, tapi dengan teleskop radio. Selain itu juga bisa menggunakan satelit. Satelit dan teleskop radio tidak hanya digunakan untuk mendengarkan suara dari angkasa, tapi juga untuk mengirimkan sinyal-sinyal yang dikirimkan oleh para ilmuwan untuk mencari kehidupan di alam semesta ini. Salah satu orang yang mengirimkan sinyal yang terkenal adalah Frank Drake, dengan sinyalnya yang bernama Persamaan Drake. Persamaan ini digunakan untuk mencari apakah ada planet seperti Bumi yang bisa ditinggali dan apakah ada kehidupan di planet itu.
![]() |
Foto dari internet |
Jadi, apakah ada kehidupan di luar angkasa? Selama kita belum menemukan bukti adanya kehidupan di luar angkasa seperti di Bumi, jawaban untuk pertanyaan ini adalah tidak ada.
Untuk minggu ini segitu dulu aja ya! Minggu depan aku akan menulis tentang angkasa lagi yang pastinya akan lebih menarik. Kita ketemu minggu depan ya!
============
Yang mau lihat presentasi dan diskusinya, lihat di video ini ya :
============
Yang mau lihat presentasi dan diskusinya, lihat di video ini ya :
0 Comments