Apakah kalian ingat bagaimana orang jaman dulu - termasuk sekarang - membayangkan tentang roket yang bisa mendarat secara vertikal atau tegak? Dulunya itu memang hanya khayalan saja, tapi tidak dengan sekarang. Belum lama ini, imajinasi itu menjadi kenyataan lho! Roket yang akhirnya bisa mendarat dengan tegak ini dinamakan Falcon. Roket ini dirangkai oleh organisasi bernama SpaceX yang didirikan oleh Elon Musk, dengan tujuan untuk mempermurah biaya peluncuran dengan roket yang bisa digunakan kembali. Versi Falcon pertama adalah Falcon 1 yang dipakai untuk uji coba. Sebenarnya, apakah memang arti dari nama roket ini adalah 'elang'? Wajar kalau ada yang bertanya seperti itu, tapi ternyata nama roket ini diambil dari nama Millennium Falcon di film Star Wars. Falcon 1 pernah diluncurkan 5 kali antara Maret 2006 sampai Juli 2009. 3 peluncuran pertama gagal dan yang berhasil hanya peluncuran pada Bulan September 2008.
Falcon 1 akhirnya berkembang sampai menjadi Falcon 9. Falcon 9 inilah yang menjadi roket pertama yang bisa digunakan kembali sehingga membuat SpaceX bisa menerbangkan kembali bagian roket yang paling mahal dan menurunkan harga peluncuran. Alat yang membuat Falcon 9 bisa mendarat tegak adalah beberapa sirip di samping roket dan kaki - kaki khusus di setiap pendorongnya untuk mendarat. Sirip ini berfungsi untuk mengatur ketinggian dan keseimbangan saat akan mendarat. Kalau tadi Falcon diambil dari nama pesawat di film, angka '9' di sini diambil dari banyaknya mesin Merlin di pendorongnya, yaitu ada 9 mesin Merlin. Kalian tau corong di bawah roket yang mengeluarkan api saat roket atau pesawat ulang-alik akan meluncur, kan? Di bawah Falcon 9, ada 9 mesin Merlin yang mengeluarkan api dari corong ini saat peluncuran.
Dengan tinggi 70 m, peluncuran pertamanya pada Juni 2010 ke orbit Bumi langsung berhasil dan yang sekaligus membawa Kapsul Dragon di dalamnya, walaupun saat itu Kapsul Dragon hanya berfungsi untuk mengantar barang ke Stasiun Angkasa Internasional. Secara keseluruhan, roket dengan 2 stage ini sudah 118 kali meluncur. Falcon 9 pernah terbang 5 kali antara Bulan April dan Agustus 2014. Falcon 9 mencapai ketinggian maksimal 1 km saat uji coba ketiga pada 17 Juni 2014, tapi saat uji coba terakhir pada Agustus 2014 malah mengalami kecelakaan. Sebelum Falcon 9 selesai dirangkai, SpaceX menggunakan bentuk dasarnya yang bernama Grasshopper untuk menguji coba pendaratan Falcon 9. Grasshopper tidak dirancang untuk mencapai orbit Bumi. Kalian tau kenapa obyek ini dinamakan Grasshopper yang berarti 'belalang? Itu karena obyek ini tidak terbang tinggi saat uji coba peluncuran. Misalnya, saat penerbangan pertamanya, Grasshopper hanya terbang setinggi 1,8 m pada September 2012. Jadi mungkin akan lebih tepat jika Grasshopper 'melompat' daripada 'terbang'. Saat uji coba terakhirnya pada Bulan Oktober 2013, Grasshopper 'melompat' setinggi 744 m.
Falcon 9 yang mendarat vertikal di atas kapal
Setelah itu, Falcon 9 dikembangkan sehingga menjadi roket lain yang kita kenal sebagai Falcon Heavy. Falcon Heavy terdiri dari 3 Roket Falcon 9 dan 27 mesin Merlin. Roket Falcon 9 pertama ada di tengah, sementara 2 sisanya berada di kedua sisinya sebagai pendorong tambahan. Singkatnya, Falcon Heavy adalah 3 Falcon 9 yang digabung. Karena itu, ketiga roket gabungan itu juga tetap bisa digunakan kembali. Otomatis gabungan ketiga roket ini memperkuat Falcon Heavy sehingga menjadi roket pengangkut bobot berat yang bisa membawa muatan seberat 63,800 kg ke orbit Bumi rendah dan bisa membawa 737 pesawat jet beserta penumpang, barang dan bensinnya ke orbit Bumi, atau 16,800 kg ke Venus atau Mars. Dengan lebar 12.2 m, harga per peluncuran roket ini adalah 90 juta dolar Amerika atau sama dengan 1 triliun 260 miliar Rupiah! Roket yang masih aktif ini sudah dibuat konsepnya sejak tahun 2003 dan rencananya akan diuji coba pada tahun 2013, tapi jadinya mundur 5 tahun karena beberapa kendala. Awal peluncurannya adalah tanggal 6 Februari 2018, dimana Falcon Heavy membawa mobil Tesla milik Elon Musk dengan seorang patung manusia di kursinya ke orbit Mars. Jauh juga ya. 2 Falcon 9 yang berperan sebagai pendorong sampingnya mendarat dengan mulus, tapi pendorong tengahnya - atau Falcon 9 inti - hancur di lautan karena gagal mendarat.
Sementara peluncuran kedua dan ketiganya adalah pada tanggal 11 April dan 25 Juni 2019. Jadi, total peluncuran Falcon Heavy saat ini adalah 3 kali. Selain diberikan sertifikasi program Peluncuran Keamanan Angkasa Nasional (NSSL), Falcon Heavy juga mendapatkan sertifikasi Program Pelayanan Peluncuran NASA karena bisa meluncurkan misi NASA yang paling mahal, paling penting, dan paling rumit. Walaupun mengagumkan, Falcon Heavy pernah mendapatkan kritik. Planetary Society mengatakan bahwa meluncurkan obyek tidak steril ke angkasa bisa mengotori angkasa, terutama terkait tentang mobil Tesla yang dikendarai di jalan tol sebelum peluncuran pertama Falcon Heavy. Bakteri yang menempel itu bisa mengotori angkasa dan Mars walaupun sebagian bakteri itu sudah berhasil 'dimurnikan' oleh radiasi Matahari. Kedua Falcon Heavy dan Falcon 9 akan digantikan dengan sistem peluncuran lain milik SpaceX, yaitu Starship
Sedikit berbeda dari generasi sebelumnya, Starship adalah roket yang sepenuhnya bisa digunakan kembali. Artinya adalah kedua stage-nya - stage pendorong 'Super Heavy' dan stage 2 'Starship' - bisa digunakan kembali. Tidak seperti salah satu bagian Falcon 9 - otomatis termasuk Falcon Heavy - tidak kembali ke Bumi, yaitu bagian stage kedua, dan modul yang membawa muatan. Ya mungkin sih kedua bagian itu tetap kembali ke Bumi, tapi sengaja dijatuhkan ke laut. Starship dirancang untuk pengangkutan jangka panjang dan sebagai pembawa penumpang. Roket dengan tinggi 120 m dan diameter 9 m ini tidak menggunakan mesin Merlin, tapi menggunakan 3 mesin Raptor. Kapan peluncuran Starship yang berhasil pertama kali? Ternyata belum lama ini lho! Yaitu tanggal 5 Mei 2021, sebulan yang lalu, dimana Starship mencapai ketinggian 10 km. Tapi, ini peluncurannya yang berhasil. Aku bilang begitu karena sebelum itu Starship sudah 4 kali gagal mendarat. Pada 9 Desember 2020, Starship SN8 (nomor seri 8) meluncur ke ketinggian 10 km, tapi menabrak tanah dan meledak. Peluncuran Starship SN9 tanggal 2 Februari 2021 juga gagal karena mesinnya yang tidak menyala saat mendarat. Tanggal 3 Maret yang lalu, Starship SN10 meluncur dan berhasil mendarat setelah terbang setinggi 10 km, tapi keberuntungannya hilang 8 menit kemudian karena meledak. Kegagalan Starship SN11 lebih parah lagi. SN11 diluncurkan pada 30 Maret 2021 ke ketinggian yang sama dengan sebelumnya, tapi hancur saat mendarat dan menyebarkan serpihan roket sejauh 8 km. Selain digunakan untuk membawa kru dan kargo ke penerbangan antar planet, Bulan, dan lebih jauh lagi, katanya Starship juga mengantar penumpang dari satu tempat ke tempat lain di Bumi. Kalau begini sih, artinya roket ini juga adalah pesawat.
Starship memiliki wadah muatan yang lebih luas dari roket sebelumnya yang bisa mengirim misalnya teleskop angkasa yang lebih besar dari James Webb. Aku pernah mendengar bahwa Starship akan menjadi wahana peluncur terkuat di dunia yang pernah dibuat karena bisa membawa 100 metrik tonnes ke orbit (metrik tonnes di sini bukan berarti 'ton' ya). Tapi, ternyata ada roket lain yang bisa membawa muatan yang lebih berat darinya. Roket ini adalah Saturn-V yang bisa membawa 140 metrik tonnes ke orbit Bumi. Padahal Saturn - V sudah pensiun sejak lama. Aneh, kan? Kembali ke Starship. Tahun 2023, Starship direncanakan untuk menjalankan misi ke Bulan bersama dengan Yusaku Maezawa dan kru dari dearMoon. Hal lain yang unik dari roket ini adalah namanya yang sering diganti. Pada awal 2005, SpaceX menggunakan kode Big Falcon Rocket (BFR) untuk konsep roket yang jauh lebih besar dari Falcon dengan tujuan bisa mengangkut 110 ton ke orbit. Tapi, BFR sering disalah mengerti sebagai Big Fucking Rocket. Karena itu, di pertengahan 2013, SpaceX mengganti namanya dengan Pemindah Kolonial Mars (ini versi terjemahanku ya). Kemudian, SpaceX mengganti seluruh sistem lagi dengan nama Sistem Transportasi Antar Planet (ITS) pada Bulan September 2016. Sampai akhirnya pada November 2018 resmi dinamakan Starship. Sama seperti Falcon, sebelum Starship dibuat, para ilmuwan meluncurkan obyek bernama Starhopper untuk uji coba saja. Starship juga pernah mendapatkan kritik karena tidak melindungi astronot dari ionisasi radiasi Matahari saat misi antar planet yang bisa menyebabkan kanker. Karena kritik itu, SpaceX menambahkan pelindung badai Matahari pada Starship. Tapi, ada kritik kedua yang menyampaikan tentang serpihan yang menyebar luas terbawa angin saat peluncuran Starship.
Walaupun tetap mendapatkan kritik dari banyak orang, kedua roket ini - karena Falcon Heavy sama saja dengan Falcon 9 - sudah memulai era baru untuk peluncuran ke luar angkasa. Karena setelah mereka, aku yakin roket-roket yang lainnya juga akan meniru teknologi kedua roket ini.
------------
Lihat juga rekamannya ya :
0 Comments