Saat Matahari menjauhi Indonesia


Akhir-akhir ini mungkin kalian sering merasa dingin atau malah kedinginan. Ya, itu memang kejadian wajar yang selalu terjadi di sekitar Bulan Juni ini. Tapi, kenapa hal ini bisa terjadi? Ada beberapa hal yang mempengaruhi suhu di suatu tempat. Suhu di suatu tempat bisa dingin karena mungkin memang tempat itu berada di dataran tinggi. Keadaan awan pastinya juga bisa mempengaruhi suhu, misalnya pada saat mendung, sinar Matahari tidak bisa mencapai permukaan sehingga temperatur menurun. Perbedaan antara darat dan laut juga akan mempengaruhi penyerapan dan pemantulan radiasi matahari. Permukaan darat akan lebih cepat menerima dan melepaskan panas Matahari daripada laut sehingga menyebabkan perbedaan suhu udara di atas darat dan laut. Ketiga hal ini selalu terjadi setiap hari, tapi ada satu lagi faktor lain yang mempengaruhi suhu, yaitu durasi penyinaran Matahari. Kalau Matahari menjauh dari suatu tempat, maka tempat itu akan mendingin dan sebaliknya. Ternyata, saat ini memang Matahari sedang menjauhi Indonesia atau dengan kata lain mendekati belahan Bumi Utara. Peristiwa ini disebut titik balik Matahari, untuk yang saat ini adalah titik balik Matahari Bulan Juni. Karena Matahari berada di belahan Bumi Utara, di sana mengalami musim semi dan musim panas, sementara di belahan Bumi Selatan terjadi yang sebaliknya, yaitu musim gugur dan musim dingin.


Titik balik Matahari kali ini terjadi saat Matahari berada 23,5 derajat di lintang utara atau berada di Tropic of Cancer. Tapi, tentu saja tidak hanya ke belahan utara saja, Matahari juga akan berada 23,5 derajat di belahan Bumi Selatan pada Bulan Desember, dimana belahan selatan akan giliran mengalami musim semi dan panas dan sebaliknya di belahan utara. Jadi, titik balik Matahari terjadi 2 kali setahun yang masing-masing puncaknya seringkali pada tanggal 21 Juni dan 21 Desember (saat Matahari berada di Tropic of Capricorn). Nah, karena sekarang Indonesia sedang mengalami penurunan suhu karena Matahari yang menjauh, beberapa daerah di dataran tinggi menjadi beku alias muncul es di daerah itu, misalnya di Dataran tinggi Dieng dan di Gunung Bromo.
Dataran tinggi Dieng

Ingat ya, ini es, bukan salju, walaupun jujur saja memang terlihat seperti salju. Es ini sebenarnya adalah embun yang membeku karena suhu di kedua dataran tinggi di Indonesia itu berada di bawah 0°C dan air atau uap air yang memiliki suhu di bawah 4°C akan membeku. Mungkin ini cukup mengejutkan untuk kalian mengingat negara kita yang berada di garis khatulistiwa dan yang tidak memiliki musim dingin. Tidak hanya itu saja, titik balik Matahari kali ini menyebabkan Matahari terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat di Indonesia. Titik balik Matahari sebetulnya adalah terjemahan dari solstice, tapi walaupun kata ini digunakan di Bahasa Inggris, solstice berasal dari Bahasa Latin 'sol' yang berarti Matahari dan 'sistere' yang berarti berhenti atau tinggal di tempat.

Kiri = Celsius. Kanan = Fahrenheit

Puncak titik balik Matahari, yaitu tanggal 21 Juni, menjadi tanda awal musim panas untuk belahan Bumi Utara, walaupun sebenarnya musim panas di sana sudah dimulai sebelumnya. Titik balik Matahari Juni tentunya menjadi hari terpanjang untuk belahan Bumi Utara. Di sana, terbitnya Matahari yang paling awal terjadi beberapa hari sebelum titik balik dan terbenamnya Matahari yang paling lambat terjadi beberapa hari setelah titik balik itu. Sementara di belahan Selatan terjadi yang sebaliknya, yaitu terbenamnya Matahari paling cepat terjadi beberapa hari sebelum titik balik dan terbitnya yang paling lambat terjadi beberapa hari setelahnya. Matahari yang berada di belahan Bumi Utara menyebabkan bayangan di sana menjadi pendek. Memangnya apa yang terjadi pada saat puncak titik balik di belahan Bumi Utara? Yang terjadi adalah belahan Bumi Utara - terutama kutub utara - tidak mengalami malam alias di sana 24 jam mengalami siang terus-menerus, berkebalikan dengan Antartika yang 24 jam mengalami malam. Coba bayangkan saja negara yang terus diterangi sinar Matahari dan tempat yang selalu gelap! Matahari malam hari di belahan utara ini bisa terlihat sebelum dan saat titik balik terjadi. Nah, walaupun di sana siang terus, saat itu bukanlah hari terpanas untuk belahan Bumi Utara karena hari terpanas malah terjadi beberapa minggu atau bahkan bulan setelah titik balik. Kok begitu? Itu karena laut dan tanah butuh waktu untuk menghangat dan menaikkan suhu. Peristiwa ini disebut keterlambatan musim.
Garis hitam = Belahan Bumi Utara. Garis merah = Belahan Selatan

Apakah kalian masih ingat dengan ceritaku yang bertema Stonehenge? Monumen yang sudah sangat tua ini diduga bukti dari masyarakat kuno yang menggunakan titik balik Juni sebagai pengatur kalender mereka, misalnya sebagai awal tahun. Ya, dugaan ini muncul karena cincin unik Stonehenge yang menandakan titik balik Matahari musim panas karena Stonehenge akan segaris dengan Matahari terbit pada saat itu. Para ilmuwan juga menduga hal ini karena masyarakat kuno menggunakan titik balik Matahari Juni sebagai pengatur kalender mereka dan penanda kapan waktu menanam atau memanen dan secara tradisional juga waktu yang tepat untuk pernikahan. Karena masyarakat di belahan Bumi Utara jarang mendapatkan sinar Matahari, titik balik Matahari musim panas di sana menjadi hari yang menyenangkan untuk mereka sehingga mereka merayakannya. Di China kuno, titik balik Matahari musim panas diamati dengan upacara untuk merayakan Bumi, kaum wanita, dan energi yin. Berkebalikan dengan saat titik balik musim dingin, mereka merayakan surga, kaum pria, dan energi yang.

Menara Maypoles di sebelah kanan gambar

Di Prancis kuno perayaan Pertengahan Musim Panas ini disebut Pesta Makan Epona. Pesta ini dinamai dari dewi kuda betina yang melambangkan kesuburan dan melindungi kuda. Sementara Suku Jerman, Slavia, dan Celtic kuno merayakannya dengan api unggun. Di beberapa bagian Skandinavia, perayaan itu diperingati pada Hari Santo Yohanes tanggal 24 Juni untuk menghormati Santo Yohanes Pembaptis. Di negara-negara Eropa utara - di Swedia, Denmark, Norwegia, dan Finlandia - masyarakat di sana mengadakan festival yang juga merayakan kesuburan Bumi selain merayakan musim panas. Masyarakat Swedia dan Finlandia menari di sekitar menara untuk perayaan musim panas yang disebut Maypoles. Selain itu, mereka juga menyalakan api unggun dan mendekorasi rumah-rumah mereka dengan karangan bunga, tanaman hijau, dan cabang-cabang pohon. Di negara-negara Baltik, Estonia, Latvia, dan Lithuania, Pertengahan Musim Panas adalah kesempatan masyarakat setempat untuk bepergian ke pedesaan dan alam. Banyak orang yang menyalakan api unggun dan begadang sepanjang malam - maksudnya malam yang tidak gelap - untuk minum, menyanyi, dan menari. Ribuan orang dari kelompok Masyarakat Era Baru dan Neopagan biasanya berkumpul di Stonehenge untuk merayakan titik balik Matahari musim panas. Dan yang terakhir, di beberapa bagian Amerika Serikat diadakan acara yang menampilkan seni atau musik, kegiatan kepedulian lingkungan dengan pemanfaatan sinar Matahari sebagai sumber energi, dan pertemuan keluarga.

Jadi, itulah tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di belahan Bumi Utara untuk merayakan titik balik Matahari musim panas, sebelum Matahari kembali menjauhi mereka. Selama titik balik Matahari musim dingin masih berlangsung di belahan Bumi Selatan, apa saja yang harus kita lakukan untuk menjaga stamina tubuh kita? Sebenarnya sih, kalau menurutku tidak ada yang khusus harus dilakukan, kecuali kalau kalian punya pendapat lain. Mungkin ada dari kalian yang masih belum terbayang kenapa bisa terjadi titik balik Matahari (dan mungkin juga equinoks). Coba baca saja artikelku yang bertema equinoks ya. 




(Kedua gambar ini adalah partikel es di Gunung Bromo) 

ーーーーー

Lihat juga rekamannya ya : 


Post a Comment

0 Comments